Translate

Selasa, 23 September 2014

Karakteristik Biografis dan Kemampuan Individu (Perilaku Organisasi )



Karakteristik Biografis Individu 

1.    Usia
Bagaimana usia memengaruhi produktivitas?Terdapat kepercayaan luas bahwa produktivitas menurun seiring bertambahnya usia.Sering diasumsikan bahwa keterampilan seorang individu khususnya kecepatan,kelincahan ,kekuatan dan koordinasi berkurang seiring waktu dan bahwa kebosanan secara berkepanjangan dan kurangnya stimulasi intelektual terhadap pekerjaan berkonstribusi pada produktivitas yang menurun .Misalnya selama periode 3 tahun,sebuah jaringan besar toko peranti keras mempekerjakan satu dari toko-tokonya hanya dengan karyawan yang berusia lebih dari 50 tahun dan membandingkan hasilnya dengan tokonya yang lain yang mempekerjakan karyawan lebih muda.Toko yang berisi karyawan diatas 50 tahun secara signifikan lebih produktif (diukur berdasaran penjualan yang dihasilkan terhadap biaya tenaga kerja )dibandingan dua toko lainnya dan seimbang dengan tiga toko lainnya.Tinjauan lainnya dari penelitian tersebut menemukan bahwa usia dan kinerja pada pekerjaan tidak memiliki keterkaitan.Lebih jauh,penemuan ini tampaknya benar untuk hampir semua jenis pekerjaan,professional dan nonprofessional.Kesimpulan alamiahnya adalah bahwa tuntutan bagi sebagian besar pekerjaan.bahkan untuk pekerjaan dengan persyaratan tenaga kerja manual yang berat,tidaklah cukup ekstrem sehingga penurunan dalam ketrampilan fisik yang berkaitan dengan usia memiliki dampak pada produktivitas atau terdapat sedikit penurunan yang dikarenakan usia,hal tersebut akan tergantikan oleh keuntungan yang didapatkan dari pengalaman.Perhatian akhir kita adalah pada hubungan antara usia dan kepuasan pada pekerjaan.Dalam permasalahan ini,bukti-bukti yang ada bercampur aduk.Sebagian besar penelitian mengindikasikan asosiasi positif antara usia dan kepuasan,setidaknya hingga usia 60 tahun. Tetapi,penelitian lainnya menemukan sebuah hubungan berbentuk U .Beberapa penjelasan dapat menjernihkan hasil temuan ini.Yang paling masuk akal adalah bahwa penelitian tersebut mencampuradukkan karyawan professional dan nonprofessional .Jika kedua tipe tersebut dipisahkan,kepuasan cenderung meningkat secara terus menerus diantar professional seiring bertambhna usia mereka,sedangkan diantara nonprofessional kepuasan tersebut menurun selama usia tengah baya dan mengnkat lagi pada tahun-tahun selanjutnya .Dapat disederhanakan seperti ini .
·         Hubungan Umur - Turnover = umur meningkat maka tingkat turnover menurun. Alasannya karena alternatif pekerjaan (option) yang semakin sedikit, penghasilan lebih tinggi yang telah diperoleh, dan tunjangan pensiun yang lebih menarik.
·         Hubungan Umur - Absensi = Umur meningkat, maka ketidakhadiran yang disengaja menurun, dan ketidakhadiran yang tidak disengaja meningkat pula. Mengingat umur yang bertambah berarti adanya keluarga yang harus dibina. ketidakhadiran yang disengaja jarang sekali dilakukan, karena melihat pada nilai gaji yang terpotong bila tidak masuk kerja. Dan ketidakhadiran yang tidak disengaja meningkat pula, contoh : bila ada salah satu anaknya yang sakit.
·         Hubungan Umur - Produktivitas = umur meningkat, maka produktifitas menurun. Alasan : menurunnya kecepatan, kecekatan, dan kekuatan. Juga meningkatnya kejenuhan atau kebosanan, dan kurangnya rangsangan intelektual. Namun ada juga study yang mengemukakan bahwa hubungan umur dengan produktifitas ternyata tidak ada hubungannya sama sekali. Dengan alasan : menurunnya ketrampilan jasmani tidak cukup ekstrem bagi menurunnya produktifitas. Dan meningkatnya umur biasanya diimbangi dengan meningkatnya pengalaman.
·         Hubungan umur - kepuasan kerja =bagi karyawan profesional : umur meningkat, kepuasan kerja juga meningkat.Karyawan non-profesional : kepuasan merosot selama usia tengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun selanjutnya. Bila digambarkan dalam bentuk kurva, akan berbentuk kurva U ("U" curve).
Contoh Kasusnya adalah : Seorang karyawan yang sudah berumur 50 tahun Bp Supriyanto dengan pekerjaan sebagai Finance Officer di PT.Megatama Nusantara tidak ingin pindah dari pekerjaanya sekarang,haltu disebabkan karena lowongan kerja bagi perusahaan perusahaan lain maksimal 35 tahun .Hal lain karena tunjangan pensiun selama dia bekerja sangat besar .Faktor inilah yang menyebabkan beliau tidak ingin berpindah dari perusahaan lain.

2.    Gender
Hanya sedikit isu yang memancing lebih banyak perdebatan ,kesalahpahaman,dan pendapat tidak mendasar dibandingkan apakah kinerja wanita sebaik pria.Bukti menunjukkan bahwa tempat terbaik untuk memulai adalah dengan pengakuan bahwa hanya terdapat sedikit,jika ada,perbedaan penting antara pria dan wanita yang memengaruhi kinerja mereka.Misalnya,tidak terdapat perbedaan yang konsisten antara pria wanita dalam hal kemampuan memecahkan masalah,menganalisis,dorongan kompetitif,motivasi,sosiabilitas,atau kemampuan belajar.Berbagai penelitian psikologis menunjukan bahwa para wanita lebih bersedia menyesuaikan diri terhadap otoritas dan pria lebih agresif serta lebih mungkin memiliki pengharapan sukses dibandingkan para wanita,tetapi perbedaan-perbedaan tersebut kecil.Dengan adanya perubahan signifikan yang terjadi selama 40 tahun terakhir karena meningkatnya tingkat partisipasi wanita terhadap angkatan kerja serta memikirkan ulang apa yang merupakan peran peran pria dan wanita,Kita harus berasumsi bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dalam produktivitas pekerjaan antara pria dan wanita.Satu permasalahan yang tampaknya memang berbeda dalam hal ,gender,khususnya saat karyawan memiliki anak anak berusia prasekolah adalah preferensi terhadap jadwal kerja.Ibu yang bekerja kemungkinan lebih memilih jadwal kerja paruh waktu yang fleksibel dan telecommuting sebagai cara untuk mengakomodasi tanggung jawab keluarga mereka.Tingkat perputaran karyawan wanita adalah sama dengan pria.Namun,penelitian terhadap ketidakhadiran secara konsisten menunjukkan bahwa para wanita memiliki tingkat ketidakhadiran yang lebih tinggi dibandingkan pria.Penjelasan yang paling logis terhadap temuan ini adalah bahwa penelitian tersebut dilakukan di Amerika Utara dan kultur  negara ini telah secara historis menempatkan tanggung jawab rumah tangga dan keluarga pada wanita.Ketika seorang anak sakit atau seseorang harus tinggal di rumah untuk menunggui tukang pipa,secara tradisional adalah wanita yang mengambil waktu libur dari kerja.Tetapi ,penelitian ini tidak diragukan lagi terkait dengan waktu.Peran historis wanita dalam merawat anak anak dan sebagai pencari nafkah sekunder secara pasti telah berubah dalam generasi terakhir,dan saat ini sebagian besar pria tertarik dalam perawatan sehari hari dan masalah yang berkaitan dengan perawatan anak secara umum.Dapat disederhanakan seperti ini.
·         tidak ada beda yang signifikan / bermakna dalam produktifitas kerja antara pria dengan wanita.
·         tidak ada bukti yang menyatakan bahwa jenis kelamin karyawan memperngaruhi kepuasan kerja.
·         hubungan gender - turnover = beberapa studi menjumpai bahwa wanita mempunyai tingkat keluar yang lebih tinggi, dan studi lain menjumpai tidak ada perbedaan antara hubungan keduanya.
·         hubungan gender - absensi = wanita mempunyai tingkat absensi yang lebih tinggi (lebih sering mangkir). dengan alasan : wanita memikul tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang lebih besar, juga jangan lupa dengan masalah kewanitaan.
Contoh kasusnya : Bp.Budi dan Ibu Ela yang bekerja di PT.Interinsco Indonesia sama sama di bagian penjualan .Mereka sama sama berprestasi walaupun mereka berbeda gender .Namun Ibu Ela lebih tinggi intensitas tidak masuknya /kehadiran.Karena beliau adalah seorang perempuan ,beliau harus mengurus anak yang sakit atau ada rapat di sekolah ataupun suaminya yang sakit.Dalam perusahaanya pun juga terdapat cuti haid/kelahiran .Hal inilah yang membuat wanita dalam kehadiran lebih sering absen.

3.    Status Perkawinan
Pemaknaan tentang pekerjaan akan berbeda antara karyawan yang single dengan karyawan yang sudah menikah. penelitian membuktikan bahwa orang yang telah berumah tangga relatif lebih baik dibandingkan dengan single baik ditinjau dari segi absensi. Keluar beralih kerja dan kepuasan kerja. Hal ini disebabkan karena orang yang telah berkeluarga mempunyai rasa tanggungjawab dan membuat pekerjaan lebih ajeg, lebih tertib, dan mengganggap pekerjaan lebih berharga dan lebih penting. Penelitian selama ini belum menjangkau pada orang-orang yang bercerai, janda, duda, dan orang-orang yang kumpul kebo saja.Dapat disederhanakan seperti ini.
  • tidak ada studi yang cukup untu menyimpulkan mengenai efek status perkawinan terhadap produktifitas.
  • karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas dengan pekerjaannya.
Contoh kasusnya : Ibu Rini dan Ka Mela yang bekerja di PT.Trading Manufaktur Indonesia yang bekerja sebagai Bagian Produksi.Ibu Rini telah menikah,Ka Mela masih lajang .Karena ibu Rini telah menikah maka dia berpikir ada anak anak sebagai tanggungan dia .Untuk itu dia harus meningkatkan etos kerja demi menafkahi anak anak dan membantu penghasilan suaminya .Ka Mela yang masih lajang yang tidak memiliki tanggungan ,gaji atau upahnya sebagian untuk memberi orang tua sebagian lagi dia pegang untuk ditabung ,beli baju,nonton bioskop atau hang out keluar .

4.    Masa Jabatan/Kerja
Dengan pengecualian terhadap perbedaan gender dan rasial ,tidak ada isu yang tampaknya lebih memicu kesalahpahaman dan spekulasi dibandingkan dampak senioritas pada kinerja pekerjaan.Tinjauan ekstensif mengenai hubungan senioritas –produktivitas telah dilakukan.Jika mendefinisikan senioritas sebagai waktu pada suatu pekerjaan,maka kita dapat berkata bahwa bukti terbaru menunjukan adanya hubungan positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan.Masa jabatan ,bila dinyatakan sebagai pengalaman kerja tampaknya menjadi sebuah dasar perkiraan yang baik atas produktivitas karyawan.Penelitian yang mengaitkan masa jabatan pada ketidakhadiran cukup jelas.Penelitian secara konsisten menunjkkan bahwa senioritas berkaitan secara negative terhadap ketidakhadiran .Bahkan,dalam hubungannya baik dengan frekuensi absensi dan total hari kerja yang hilang,masa jabatan merupakan variable tunggal paling penting yang berpengaruh .Masa jabatan juga adalah sebuah variable yang kuat dalam menjelaskan perputaran karyawan.Semakin lama sesorang berada dalam satu pekerjaan,lebih kecil kemungkinannya untuk mengundurkan diri.Lagipula,konsisten dengan penelitian yang menyatakan bahwa perilaku dimasa lalu adalah dasar perkiraan paling baik dari perilaku di masa depan,bukti yang ada menunjukan bahwa masa jabatan sebelumnya dari seorang karyawan adalah sebuah dasar perkiraan yang sangat kuat terhadap perputaran karyawan tersebut di masa mendatang.Bukti juga menunjukkan bahwa masa jabatan dan kepuasan kerja memiliki korelasi yang positif.Bahkan ,ketika usia dan masa jabatan diperlakukan secara terpisah,masa jabatan tampaknya menjadi dasar perkiraan yang lebih konsisten dan stabil terhadap kepuasan kerja dibandingakan usia kronologis.Dapat disederhanakan seperti ini.
  • tidak ada alasan bahwa karyawan yang lebih lama bekerja (senior) akan lebih produktif dari pada yang junior.
  • senioritas / masa kerja berkaitan secara negatif dengan kemangkiran dan dengan tingkat turnover.
      1. masa kerja tinggi , tingkat absensi dan turnover rendah
      2. masa kerja rendah, tingkat absensi dan turnover tinggi
                         Keduanya hal di atas berkaitan secara negatif
      1. masa kerja tinggi, kepuasan kerja tinggi
      2. masa kerja rendah, kepuasan kerja rendah
                         kedua hal di atas berkaitan secara positif
Contoh kasusnya : Ibu Indira dengan Pak Yudha bekerja diperusahaan Textile Company Indonesia karena ibu Indira masih setahun bekerja di Perusahaan tersebut ,sedangkan Pak Yudha sudah hampir 16 tahun.Dilihat dari sisi kehadiran Pak Yudha lebih rajin karena jabatan Pak Yudha di bagian Kasubag.SDM sedangkan Ibu Indira hanya Officer biasa.

5.    Bangsa/ Suku Bangsa (Ras)
Sebagian besar individu di AS mengidentififikasi diri mereka menurut kelompok rasial.(Tetapi di beberapa negara seperti Brasil,individu cenderung tidak mendefinisikan diri mereka menurut kategori rasial yang terpisah).Departemen Pendidikan (Department of Education) mengklasifikasikan individu berdasarkan lima kategori rasial : Amerika Afrika,Amerika Pribumi(Indian Amerika/Pribui Alaska),Asia/Penduduk Kepulauan Pasifik ,Hispanik,dan Kulit Putih.Kita akan mendefiniskan ras sebagai warisan biologis yang digunakan individu untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri.Definisi ini memungkinkan setiap individu untuk mendefiniskan rasnya sendiri.
Contoh kasusnya ,Tiger Woods menolak menempatkan dirinya ke dalam satu kategori ras tunggal dan menekan akarnya yang multietnis.Pertama ,dalam situasi pekerjaan,terdapat sebuah kecenderungan bagi individu untuk lebih menyukai rekan –rekan dari ras mereka sendiri dalam evaluasi kinerja,keputusan promosi ,dan kenaikan gaji.Kedua,terdapat sikap-sikap yang berbeda secara substansial terhadap tindakan afirmatif (affirmative action),dengan orang –orang Amerika Afrika mendapatkan program –program seperti ini dalam tingkat yang lebih besar dibandingkan orang-orang kulit putih.Ketiga,orang –orang Amerika Afrika biasanya mengalami perlakuan lebih buruk dibandingkan orang-orang kulit putih dalam keputusan-keputusan pekerjaan.Sebagai contoh ,orang –orang Amerika Afrika menerima penilaian lebih rendah dalam wawancara pekerjaan ,lebih rendah memperoleh bayaran dan lebih jarang dipromosikan.Untuk itu dalam waktu detik ini masalah ras memang tidak ada habisnya.



Karakteristik Kemampuan Individu

1.    Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental. Untuk mengungkap kemampuan ini digunakan tes IQ yang berusaha mengeksplorasi dimensi kecerdasan numeris yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat, pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar serta relasinya satu sama lain, kecepatan perseptual yaitu kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat, penalaran induktif  yaitu kemampuan mengenali suatu urutan secara logis dalam suatu masalah dan kemdian memecahkan masalah tersebut, penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen, visualisasi ruang yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu objek akan tampak seandainya posisinya dalam ruang dirubah, ingatan (memory) yaitu kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu. Untuk pekerjaan yang memerlukan rutinitas tinggi dan tidak memerlukan intelektualitas tinggi, IQ tinggi tidak ada relevansinya dengan kinerja. Namun pemahaman verbal, kecepatan persepsi, visualisasi ruand dan ingatan banyak diperlukan di berbagai bidang pekerjaan. Sehingga tes IQ tetap diperlukan.
Contoh Kasus : Seorang petugas kebersihan di Tallahassee,Florida ,yang mengusulkan persediaan kaleng sampah kota.Kaleng-kaleng sampah yang disediakan kota memungkinkan para pengambil sampah untuk memulai dengan sebuah kaleng sampah kosong ,membawanya kerumah A ,mengambil kaleng sampah rumah tersebut,dan membawanya ke dalam truk tanpa harus mengembalikan kaleng tersebut.Kaleng dari rumah A kemudian akan ditempatkan di rumah B.Hal ini akan secara dramatis meperbaiki waktu pengumpulan sampah,dan memungkinkan kota tersebut untuk meliput daerah yang lebih luas dengan individu yang lebih sedikit.Contoh ini juga menunjukkan alasan penting lainnya mengapa individu cerdas adalah pelaku kerja yang lebih baik.Mereka lebih kreatif .Individu cerdas mepelajari pekerjaan dengan lebih cepat,lebih mampu beradaptasi dalam keadaan yang berubah ,dan lebih baik dalam menemukan solusi untuk meningkatkan kinerja.

2.    Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan.Setiap individu memilik ikemampuan fisik yang berbeda beda.Tidak mengherankan jika hanya terdapat sedikit hubungan diantara mereka : Nilai tinggi pada seseorang bukalah jaminan nilai tinggi pada yang lain.Kinerja tinggi karyawan lebih mungkin dicapai ketika manajemen telah memastikan tingkat sejauh mana sebuah pekerjaan membutuhkan masing masing kemampuan dan memastikan bahwa karyawan dalam pekerjaan tersebut memiliki kemampuan yang dibutuhkan. Karyawan yang mempunyai kemampuan intelektual dan fisiknya tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, dipastikan akan merupakan penghambat pencapaian tujuan kinerja atau produktifitas.
Contoh Kasusnya : Seorang pilot misalnya harus berkualitas tinggi kemampuan visualisasi ruangnya, penjaga pantai harus kuat kemampuan visualisasi dan koordinasi tubuhnya.

3.    Kesesuaian Kemampuan –Pekerjaan
Kemempuan intelektual atau fisik tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan memadai bergantung pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan tersebut.Sebagai contoh,pilot pesawat terbang mebutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang kuat,eksekutif senior membutuhkan kemampuan verbal;pekerja konstruksi di tempat tinggi membutuhkan keseimbangan;dan jurnalis dengan kemampuan penalaran yang rendah akan lebih mungkin memperoleh kesulitan dalam memenuhi standar kinerja pekerjaan minimum .Mengarahkan perhatian hanya pada kemampuan karyawan atau pada persyaratan kemampuan dan pekerjaan akan mengabaikan fakta bahwa kinerja karyawan bergantung pada interaksi keduanya .
Contoh Kasus : Ketika Bp.Sam dipekerjakan sebagai seorang pemroses data dan tidak dapat memenuhi persyaratan dasar mengetik dengan keyboard,kinerja Bp.Sam akan buruk meskipun beliau bersikap positif atau memiliki motivasi yang tinggi.Kemampuan yang sangat jauh diatas dari yang diperlukan juga dapat mengurangi kepuasan pekerjaan karyawan terutama ketika keinginan karyawan untuk menggunakan kemampuannya cukup kuat dan ia merasa frustasi dengan batasan pekerjaan tersebut.

1 komentar:

silahkan komentar