Karakteristik Biografis Individu
1. Usia
Bagaimana
usia memengaruhi produktivitas?Terdapat kepercayaan luas bahwa produktivitas
menurun seiring bertambahnya usia.Sering diasumsikan bahwa keterampilan seorang
individu khususnya kecepatan,kelincahan ,kekuatan dan koordinasi berkurang seiring
waktu dan bahwa kebosanan secara berkepanjangan dan kurangnya stimulasi
intelektual terhadap pekerjaan berkonstribusi pada produktivitas yang menurun
.Misalnya selama periode 3 tahun,sebuah jaringan besar toko peranti keras
mempekerjakan satu dari toko-tokonya hanya dengan karyawan yang berusia lebih
dari 50 tahun dan membandingkan hasilnya dengan tokonya yang lain yang mempekerjakan
karyawan lebih muda.Toko yang berisi karyawan diatas 50 tahun secara signifikan
lebih produktif (diukur berdasaran penjualan yang dihasilkan terhadap biaya
tenaga kerja )dibandingan dua toko lainnya dan seimbang dengan tiga toko
lainnya.Tinjauan lainnya dari penelitian tersebut menemukan bahwa usia dan
kinerja pada pekerjaan tidak memiliki keterkaitan.Lebih jauh,penemuan ini
tampaknya benar untuk hampir semua jenis pekerjaan,professional dan
nonprofessional.Kesimpulan alamiahnya adalah bahwa tuntutan bagi sebagian besar
pekerjaan.bahkan untuk pekerjaan dengan persyaratan tenaga kerja manual yang
berat,tidaklah cukup ekstrem sehingga penurunan dalam ketrampilan fisik yang
berkaitan dengan usia memiliki dampak pada produktivitas atau terdapat sedikit
penurunan yang dikarenakan usia,hal tersebut akan tergantikan oleh keuntungan
yang didapatkan dari pengalaman.Perhatian akhir kita adalah pada hubungan
antara usia dan kepuasan pada pekerjaan.Dalam permasalahan ini,bukti-bukti yang
ada bercampur aduk.Sebagian besar penelitian mengindikasikan asosiasi positif
antara usia dan kepuasan,setidaknya hingga usia 60 tahun. Tetapi,penelitian
lainnya menemukan sebuah hubungan berbentuk U .Beberapa penjelasan dapat
menjernihkan hasil temuan ini.Yang paling masuk akal adalah bahwa penelitian
tersebut mencampuradukkan karyawan professional dan nonprofessional .Jika kedua
tipe tersebut dipisahkan,kepuasan cenderung meningkat secara terus menerus
diantar professional seiring bertambhna usia mereka,sedangkan diantara
nonprofessional kepuasan tersebut menurun selama usia tengah baya dan mengnkat
lagi pada tahun-tahun selanjutnya .Dapat disederhanakan seperti ini .
·
Hubungan Umur - Turnover = umur meningkat
maka tingkat turnover menurun. Alasannya karena alternatif pekerjaan (option)
yang semakin sedikit, penghasilan lebih tinggi yang telah diperoleh, dan
tunjangan pensiun yang lebih menarik.
·
Hubungan Umur - Absensi = Umur meningkat,
maka ketidakhadiran yang disengaja menurun, dan ketidakhadiran yang tidak
disengaja meningkat pula. Mengingat umur yang bertambah berarti adanya keluarga
yang harus dibina. ketidakhadiran yang disengaja jarang sekali dilakukan,
karena melihat pada nilai gaji yang terpotong bila tidak masuk kerja. Dan
ketidakhadiran yang tidak disengaja meningkat pula, contoh : bila ada salah
satu anaknya yang sakit.
·
Hubungan Umur - Produktivitas = umur
meningkat, maka produktifitas menurun. Alasan : menurunnya kecepatan,
kecekatan, dan kekuatan. Juga meningkatnya kejenuhan atau kebosanan, dan
kurangnya rangsangan intelektual. Namun ada juga study yang mengemukakan bahwa
hubungan umur dengan produktifitas ternyata tidak ada hubungannya sama sekali.
Dengan alasan : menurunnya ketrampilan jasmani tidak cukup ekstrem bagi
menurunnya produktifitas. Dan meningkatnya umur biasanya diimbangi dengan
meningkatnya pengalaman.
·
Hubungan umur - kepuasan kerja =bagi karyawan
profesional : umur meningkat, kepuasan kerja juga meningkat.Karyawan
non-profesional : kepuasan merosot selama usia tengah baya dan kemudian naik
lagi dalam tahun-tahun selanjutnya. Bila digambarkan dalam bentuk kurva, akan
berbentuk kurva U ("U" curve).
Contoh
Kasusnya adalah : Seorang karyawan yang sudah berumur 50 tahun Bp Supriyanto
dengan pekerjaan sebagai Finance Officer di PT.Megatama Nusantara tidak ingin
pindah dari pekerjaanya sekarang,haltu disebabkan karena lowongan kerja bagi
perusahaan perusahaan lain maksimal 35 tahun .Hal lain karena tunjangan pensiun
selama dia bekerja sangat besar .Faktor inilah yang menyebabkan beliau tidak
ingin berpindah dari perusahaan lain.
2. Gender
Hanya
sedikit isu yang memancing lebih banyak perdebatan ,kesalahpahaman,dan pendapat
tidak mendasar dibandingkan apakah kinerja wanita sebaik pria.Bukti menunjukkan
bahwa tempat terbaik untuk memulai adalah dengan pengakuan bahwa hanya terdapat
sedikit,jika ada,perbedaan penting antara pria dan wanita yang memengaruhi
kinerja mereka.Misalnya,tidak terdapat perbedaan yang konsisten antara pria
wanita dalam hal kemampuan memecahkan masalah,menganalisis,dorongan
kompetitif,motivasi,sosiabilitas,atau kemampuan belajar.Berbagai penelitian
psikologis menunjukan bahwa para wanita lebih bersedia menyesuaikan diri
terhadap otoritas dan pria lebih agresif serta lebih mungkin memiliki
pengharapan sukses dibandingkan para wanita,tetapi perbedaan-perbedaan tersebut
kecil.Dengan adanya perubahan signifikan yang terjadi selama 40 tahun terakhir
karena meningkatnya tingkat partisipasi wanita terhadap angkatan kerja serta
memikirkan ulang apa yang merupakan peran peran pria dan wanita,Kita harus
berasumsi bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dalam produktivitas
pekerjaan antara pria dan wanita.Satu permasalahan yang tampaknya memang
berbeda dalam hal ,gender,khususnya saat karyawan memiliki anak anak berusia
prasekolah adalah preferensi terhadap jadwal kerja.Ibu yang bekerja kemungkinan
lebih memilih jadwal kerja paruh waktu yang fleksibel dan telecommuting sebagai
cara untuk mengakomodasi tanggung jawab keluarga mereka.Tingkat perputaran
karyawan wanita adalah sama dengan pria.Namun,penelitian terhadap
ketidakhadiran secara konsisten menunjukkan bahwa para wanita memiliki tingkat
ketidakhadiran yang lebih tinggi dibandingkan pria.Penjelasan yang paling logis
terhadap temuan ini adalah bahwa penelitian tersebut dilakukan di Amerika Utara
dan kultur negara ini telah secara
historis menempatkan tanggung jawab rumah tangga dan keluarga pada
wanita.Ketika seorang anak sakit atau seseorang harus tinggal di rumah untuk
menunggui tukang pipa,secara tradisional adalah wanita yang mengambil waktu
libur dari kerja.Tetapi ,penelitian ini tidak diragukan lagi terkait dengan
waktu.Peran historis wanita dalam merawat anak anak dan sebagai pencari nafkah
sekunder secara pasti telah berubah dalam generasi terakhir,dan saat ini
sebagian besar pria tertarik dalam perawatan sehari hari dan masalah yang
berkaitan dengan perawatan anak secara umum.Dapat disederhanakan seperti ini.
·
tidak ada beda yang signifikan / bermakna
dalam produktifitas kerja antara pria dengan wanita.
·
tidak ada bukti yang menyatakan bahwa jenis
kelamin karyawan memperngaruhi kepuasan kerja.
·
hubungan gender - turnover = beberapa studi
menjumpai bahwa wanita mempunyai tingkat keluar yang lebih tinggi, dan studi
lain menjumpai tidak ada perbedaan antara hubungan keduanya.
·
hubungan gender - absensi = wanita mempunyai
tingkat absensi yang lebih tinggi (lebih sering mangkir). dengan alasan :
wanita memikul tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang lebih besar, juga
jangan lupa dengan masalah kewanitaan.
Contoh
kasusnya : Bp.Budi dan Ibu Ela yang bekerja di PT.Interinsco Indonesia sama
sama di bagian penjualan .Mereka sama sama berprestasi walaupun mereka berbeda
gender .Namun Ibu Ela lebih tinggi intensitas tidak masuknya /kehadiran.Karena
beliau adalah seorang perempuan ,beliau harus mengurus anak yang sakit atau ada
rapat di sekolah ataupun suaminya yang sakit.Dalam perusahaanya pun juga
terdapat cuti haid/kelahiran .Hal inilah yang membuat wanita dalam kehadiran
lebih sering absen.
3. Status Perkawinan
Pemaknaan tentang pekerjaan akan berbeda
antara karyawan yang single dengan
karyawan yang sudah menikah. penelitian membuktikan bahwa orang yang telah
berumah tangga relatif lebih baik dibandingkan dengan single baik ditinjau dari
segi absensi. Keluar beralih kerja dan kepuasan kerja. Hal ini disebabkan
karena orang yang telah berkeluarga mempunyai rasa tanggungjawab dan membuat
pekerjaan lebih ajeg,
lebih tertib, dan mengganggap pekerjaan lebih berharga dan lebih penting.
Penelitian selama ini belum menjangkau pada orang-orang yang bercerai, janda,
duda, dan orang-orang yang kumpul kebo saja.Dapat disederhanakan seperti ini.
- tidak ada studi yang cukup untu menyimpulkan mengenai efek status perkawinan terhadap produktifitas.
- karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas dengan pekerjaannya.
Contoh kasusnya : Ibu Rini dan Ka Mela yang bekerja di
PT.Trading Manufaktur Indonesia yang bekerja sebagai Bagian Produksi.Ibu Rini
telah menikah,Ka Mela masih lajang .Karena ibu Rini telah menikah maka dia
berpikir ada anak anak sebagai tanggungan dia .Untuk itu dia harus meningkatkan
etos kerja demi menafkahi anak anak dan membantu penghasilan suaminya .Ka Mela
yang masih lajang yang tidak memiliki tanggungan ,gaji atau upahnya sebagian
untuk memberi orang tua sebagian lagi dia pegang untuk ditabung ,beli
baju,nonton bioskop atau hang out keluar .
4.
Masa
Jabatan/Kerja
Dengan pengecualian terhadap perbedaan gender dan rasial
,tidak ada isu yang tampaknya lebih memicu kesalahpahaman dan spekulasi
dibandingkan dampak senioritas pada kinerja pekerjaan.Tinjauan ekstensif
mengenai hubungan senioritas –produktivitas telah dilakukan.Jika mendefinisikan
senioritas sebagai waktu pada suatu pekerjaan,maka kita dapat berkata bahwa
bukti terbaru menunjukan adanya hubungan positif antara senioritas dan
produktivitas pekerjaan.Masa jabatan ,bila dinyatakan sebagai pengalaman kerja
tampaknya menjadi sebuah dasar perkiraan yang baik atas produktivitas
karyawan.Penelitian yang mengaitkan masa jabatan pada ketidakhadiran cukup
jelas.Penelitian secara konsisten menunjkkan bahwa senioritas berkaitan secara
negative terhadap ketidakhadiran .Bahkan,dalam hubungannya baik dengan
frekuensi absensi dan total hari kerja yang hilang,masa jabatan merupakan
variable tunggal paling penting yang berpengaruh .Masa jabatan juga adalah
sebuah variable yang kuat dalam menjelaskan perputaran karyawan.Semakin lama
sesorang berada dalam satu pekerjaan,lebih kecil kemungkinannya untuk
mengundurkan diri.Lagipula,konsisten dengan penelitian yang menyatakan bahwa
perilaku dimasa lalu adalah dasar perkiraan paling baik dari perilaku di masa
depan,bukti yang ada menunjukan bahwa masa jabatan sebelumnya dari seorang
karyawan adalah sebuah dasar perkiraan yang sangat kuat terhadap perputaran
karyawan tersebut di masa mendatang.Bukti juga menunjukkan bahwa masa jabatan
dan kepuasan kerja memiliki korelasi yang positif.Bahkan ,ketika usia dan masa
jabatan diperlakukan secara terpisah,masa jabatan tampaknya menjadi dasar
perkiraan yang lebih konsisten dan stabil terhadap kepuasan kerja dibandingakan
usia kronologis.Dapat disederhanakan seperti ini.
- tidak ada alasan bahwa karyawan yang lebih lama bekerja (senior) akan lebih produktif dari pada yang junior.
- senioritas / masa kerja berkaitan secara negatif dengan kemangkiran dan dengan tingkat turnover.
- masa kerja tinggi , tingkat absensi dan turnover rendah
- masa kerja rendah, tingkat absensi dan turnover tinggi
Keduanya hal di atas berkaitan secara negatif
- masa kerja tinggi, kepuasan kerja tinggi
- masa kerja rendah, kepuasan kerja rendah
kedua hal di atas berkaitan secara positif
Contoh kasusnya : Ibu
Indira dengan Pak Yudha bekerja diperusahaan Textile Company Indonesia karena
ibu Indira masih setahun bekerja di Perusahaan tersebut ,sedangkan Pak Yudha
sudah hampir 16 tahun.Dilihat dari sisi kehadiran Pak Yudha lebih rajin karena
jabatan Pak Yudha di bagian Kasubag.SDM sedangkan Ibu Indira hanya Officer
biasa.
5.
Bangsa/ Suku Bangsa
(Ras)
Sebagian besar individu di AS
mengidentififikasi diri mereka menurut kelompok rasial.(Tetapi di beberapa
negara seperti Brasil,individu cenderung tidak mendefinisikan diri mereka
menurut kategori rasial yang terpisah).Departemen Pendidikan (Department of
Education) mengklasifikasikan individu berdasarkan lima kategori rasial : Amerika
Afrika,Amerika Pribumi(Indian Amerika/Pribui Alaska),Asia/Penduduk Kepulauan
Pasifik ,Hispanik,dan Kulit Putih.Kita akan mendefiniskan ras sebagai warisan
biologis yang digunakan individu untuk mengidentifikasi diri mereka
sendiri.Definisi ini memungkinkan setiap individu untuk mendefiniskan rasnya
sendiri.
Contoh kasusnya ,Tiger Woods menolak
menempatkan dirinya ke dalam satu kategori ras tunggal dan menekan akarnya yang
multietnis.Pertama ,dalam situasi pekerjaan,terdapat sebuah kecenderungan bagi
individu untuk lebih menyukai rekan –rekan dari ras mereka sendiri dalam
evaluasi kinerja,keputusan promosi ,dan kenaikan gaji.Kedua,terdapat
sikap-sikap yang berbeda secara substansial terhadap tindakan afirmatif
(affirmative action),dengan orang –orang Amerika Afrika mendapatkan program
–program seperti ini dalam tingkat yang lebih besar dibandingkan orang-orang
kulit putih.Ketiga,orang –orang Amerika Afrika biasanya mengalami perlakuan
lebih buruk dibandingkan orang-orang kulit putih dalam keputusan-keputusan
pekerjaan.Sebagai contoh ,orang –orang Amerika Afrika menerima penilaian lebih
rendah dalam wawancara pekerjaan ,lebih rendah memperoleh bayaran dan lebih
jarang dipromosikan.Untuk itu dalam waktu detik ini masalah ras memang tidak
ada habisnya.
Karakteristik
Kemampuan Individu
1.
Kemampuan Intelektual
Kemampuan
intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental.
Untuk mengungkap kemampuan ini digunakan tes IQ yang berusaha mengeksplorasi
dimensi kecerdasan numeris
yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat, pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa
yang dibaca dan didengar serta relasinya satu sama lain, kecepatan perseptual
yaitu kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat, penalaran induktif
yaitu kemampuan mengenali suatu urutan secara logis dalam suatu masalah dan
kemdian memecahkan masalah tersebut, penalaran
deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi
dari suatu argumen,
visualisasi ruang yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu
objek akan tampak seandainya posisinya dalam ruang dirubah, ingatan (memory) yaitu
kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu. Untuk pekerjaan
yang memerlukan rutinitas tinggi dan tidak memerlukan intelektualitas tinggi,
IQ tinggi tidak ada relevansinya dengan kinerja. Namun pemahaman verbal,
kecepatan persepsi, visualisasi ruand dan ingatan banyak diperlukan di berbagai
bidang pekerjaan. Sehingga tes IQ tetap diperlukan.
Contoh
Kasus : Seorang petugas kebersihan di Tallahassee,Florida ,yang mengusulkan
persediaan kaleng sampah kota.Kaleng-kaleng sampah yang disediakan kota
memungkinkan para pengambil sampah untuk memulai dengan sebuah kaleng sampah
kosong ,membawanya kerumah A ,mengambil kaleng sampah rumah tersebut,dan
membawanya ke dalam truk tanpa harus mengembalikan kaleng tersebut.Kaleng dari
rumah A kemudian akan ditempatkan di rumah B.Hal ini akan secara dramatis
meperbaiki waktu pengumpulan sampah,dan memungkinkan kota tersebut untuk
meliput daerah yang lebih luas dengan individu yang lebih sedikit.Contoh ini
juga menunjukkan alasan penting lainnya mengapa individu cerdas adalah pelaku
kerja yang lebih baik.Mereka lebih kreatif .Individu cerdas mepelajari
pekerjaan dengan lebih cepat,lebih mampu beradaptasi dalam keadaan yang berubah
,dan lebih baik dalam menemukan solusi untuk meningkatkan kinerja.
2.
Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik adalah kemampuan
yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan,
kekuatan dan keterampilan.Setiap individu memilik ikemampuan fisik yang berbeda
beda.Tidak mengherankan jika hanya terdapat sedikit hubungan diantara mereka :
Nilai tinggi pada seseorang bukalah jaminan nilai tinggi pada yang lain.Kinerja
tinggi karyawan lebih mungkin dicapai ketika manajemen telah memastikan tingkat
sejauh mana sebuah pekerjaan membutuhkan masing masing kemampuan dan memastikan
bahwa karyawan dalam pekerjaan tersebut memiliki kemampuan yang
dibutuhkan. Karyawan yang mempunyai kemampuan intelektual dan fisiknya
tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, dipastikan akan merupakan penghambat
pencapaian tujuan kinerja atau produktifitas.
Contoh Kasusnya : Seorang pilot
misalnya harus berkualitas tinggi kemampuan visualisasi ruangnya, penjaga
pantai harus kuat kemampuan visualisasi dan koordinasi tubuhnya.
3.
Kesesuaian Kemampuan –Pekerjaan
Kemempuan intelektual atau fisik
tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan memadai bergantung
pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan tersebut.Sebagai contoh,pilot pesawat
terbang mebutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang kuat,eksekutif senior
membutuhkan kemampuan verbal;pekerja konstruksi di tempat tinggi membutuhkan
keseimbangan;dan jurnalis dengan kemampuan penalaran yang rendah akan lebih
mungkin memperoleh kesulitan dalam memenuhi standar kinerja pekerjaan minimum
.Mengarahkan perhatian hanya pada kemampuan karyawan atau pada persyaratan
kemampuan dan pekerjaan akan mengabaikan fakta bahwa kinerja karyawan
bergantung pada interaksi keduanya .
Contoh Kasus : Ketika Bp.Sam dipekerjakan
sebagai seorang pemroses data dan tidak dapat memenuhi persyaratan dasar
mengetik dengan keyboard,kinerja Bp.Sam akan buruk meskipun beliau bersikap
positif atau memiliki motivasi yang tinggi.Kemampuan yang sangat jauh diatas
dari yang diperlukan juga dapat mengurangi kepuasan pekerjaan karyawan terutama
ketika keinginan karyawan untuk menggunakan kemampuannya cukup kuat dan ia
merasa frustasi dengan batasan pekerjaan tersebut.
test comment
BalasHapus